Thursday 18 December 2008

Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya

Download gratis di link ini
Free E Book

MENGELOLA KEUANGAN UNTUK DAPAT MEMBAYAR CICILAN DAN ASURANSI

oleh: Safir Senduk (www.perencanakeuangan.com)
Dikutip dari Sindo, 22 Juni 2008

Pak Safir,
Sebenernya malu juga saya mau nanya karena saya rasa sudah sering dibahasnya. Tapi saya sepertinya belum puas kalau belum bertanya sendiri kepada Anda. Saya bingung, karena hampir keseluruhan gaji yang saya terima digunakan untuk bayar utang dan asuransi aja. Mulai dari bayar KPR, cicilan mobil juga, trus belum lagi asuransi buat keluarga. Yah paling sisinya hanya 1/3 atau ¼ lah dari gaji yang saya teriman. Jadi kadang-kadang saya malu juga buat kebutuhan keluarga masih ditambah dari penghasilan yang istri saya peroleh. Saya punya seorang anak dengan usia 1,2 tahun jadi saya pertimbangkan untuk ambil asuransi pendidikan. Menurut bapak gimana? Apakah saya bisa ambil asuransi pendidikan itu? Atau apa mendingan saya nabungnya lewat bank saja kan kalo gak salah ada tabungan pendidikan? Terima kasih, Pak.
Andri - Depok

Jawaban:
Halo pak.
Jujur aja, dalam hidup, kita biasanya punya tujuan-tujuan yang kepengen sekali bisa kita raih. Dan saya udah sering sekali melihat banyak diantara kita yang sebetulnya punya niat baik tentang uang, contohnya nih, kepengen mempersiapkan dana pendidikan anak misalnya, tapi sayangnya, seringkali kita sendiri malah tidak yakin apakah kita punya uang yang cukup atau
tidak untuk itu.
Apapun itu, tentunya kita sama-sama tahu kalau kita melakukan apa yang sudah kita rencanakan - apapun itu - akan jauh lebih baik daripada kita tidak melakukan perencanaan itu sama sekali. Minimal kita sudah melakukan langkah positif yang baik daripada cuma diam dan takut apakah kita bisa memenuhinya atau tidak. Karena cepat atau lambat pak, anak Anda tentu akan masuk sekolah juga. Gak mungkin kan masuk sekolah ditunda gara-gara Anda belum punya uang yang cukup? Nanti ujung-ujungnya, pertumbuhan pendidikan anak Anda gak bagus dong.

Jadi, apa yang bisa Anda lakukan sekarang sebaiknya adalah segera mulai untuk melakukan persiapannya. Gak peduli berapapun jumlahnya, tetaplah harus ada yang Anda siapkan. Biarpun sekarang penghasilan yang tersisa cuma tinggal 1/3-nya saja dan yang lainnya sudah terpakai untuk bayar kebutuhan lain, saya tetap sarankan Anda untuk mengambil produk persiapan
dana pendidikan. Mau Asuransi Pendidikan atau Tabungan Pendidikan, gak masalah kok, karena dua-duanya juga bisa memberikan hasil yang lumayan.

Dan yang paling penting, saat ini sudah banyak kok Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan yang sangat fleksibel mulai dari setoran awalnya sampai investasi rutin bulanannya. Tau gak, kedua produk ini sudah ada yang bisa dimulai dengan nilai nominal Rp.100ribu. Ringan banget, kan? Nah pak, mudah-mudahan jawaban saya cukup memuaskan. Salam.

Salam. Safir Senduk - Perencana Keuangan

Ternyata menyisihkan sedikit penghasilan untuk premi asuransi itu mudah kan?

BIAYA PENDIDIKAN, DENGAN APA MEMPERSIAPKANNYA?

oleh: Eko Endarto (www.perencanakeuangan.com)

Dikutip dari Kontan, Mei 2008

Minggu ini semua anak kelas 3 SMU sedang di pusingkan dengan UAN atau Ujian akhir Nasional. Pada salah satu wawancara yang dilakukan oleh sebuah televisi swasta terekam suatu pernyataan berikut :

Reporter : “Bagaimana Dik sudah siap dengan ujiannya ? kalau lulus apa rencana selanjutnya”
“ Kalau siap sih ya harus disiap-siap- kan kak, namanya juga ujian. Setelah lulus nda tau mau gimana secara biaya kuliah sekarang mahal, nda yang swasta nda yang negeri”. Si pelajar menjawab pertanyaan si reporter sambil sesekali memperbaiki susunan rambutnya.
Biaya pendidikan khususnya pendidikan tinggi memang bukan barang murah. Bukan rahasia umum lagi bahwa biaya masuk perguruan tinggi menjadi salah satu biaya yang menguras sebagian kekayaan keluarga. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan biaya besar ini. Dan tentunya hal ini seharusnya memang dipersiapkan dari jauh hari karena biaya pendidikan bukan salah satu pengeluaran mendadak kan ?

Mempersiapkan Biaya Pendidikan
Kalau saat ini si anak sedang sibuk mempersiapkan fisik dan mental agar bisa lulus dari UAN, maka si orang tua biasanya saat ini juga sibuk memikirkan bagaimana bisa menyediakan biaya untuk keperluan si anak melanjutkan pendidikannya. Sebagian mungkin sudah mempersiapkannya. Walaupun jumlahnya bisa saja berlebih atau kurang. Minimal sudah lebih baik dibandingkan tidak ada persiapan sama sekali. Secara gampang, mempersiapkan biaya pendidikan bisa dilakukan dengan dua langkah inti sebagai berikut :

1. Mengetahui biaya yang dibutuhkan kelak.
Langkah pertama yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak kita adalah dengan mengetahui berapa besar biaya pendidikannya kelak. Biaya pendidikan saat ini besarannya pasti berbeda dengan saat anak kita bersekolah kelak jadi ketahui berapa biayanya saat ini, berapa besar kira-kira asumsi kenaikannya, dan hitung berapa besar total biaya tersebut bila tiap tahun biaya pendidikan naik seperti asumsi yang kita buat.

2. Pilih produk investasi yang cocok untuk digunakan.
Setelah mengetahui berapa besar sasaran yang ingin dicapai, maka saatnya memilih produk untuk mencapai tujuan tersebut.Seperti ulasan-ulasan saya terdahulu, dalam memilih produk, seyogyanya kita memperhatikan jangka waktu pencapaian tujuan keuangan kita. Untuk biaya pendidikan yang akan dicapai dalam waktu pendek, maka carilah produk investasi jangka pendek. Dan untuk tujuan biaya pendidikan jangka panjang, produk investasi jangka panjang juga jawabannya.

Memilih Produk Investasi

Pertanyaan ini selalu ada tiap kali saya membicarakan produk investasi. Sekali lagi produk investasi harus dipilih berdasarkan jangka waktu pencapaian tujuan tersebut. Bila kita berbicara tentang produk investasi untuk pendidikan, pada dasarnya ada 2 bagian besar yaitu :

1. Produk Berpenghasilan Tetap
Produk investasi ini biasanya menawarkan adanya imbal hasil atau penghasilan yang bersifat tetap. Contoh yang paling mudah adalah tabungan pendidkan dan asuransi pendidikan. Dikatakan tetap karena produk ini memberikan hasil yang konsisten bisa berupa jumlahnya maupun frekuensinya. Ada banyak sekali produk dengan jenis seperti ini mulai dari tabungan biasa, deposito dan lain sebagainya. Saat ini saya ingin membahas 2 produk berpenghasilan tetap yang biasanya berkonotasi pendidikan yang ada di pasaran .

Produk Tabungan pendidikan sebenarnya adalah produk tabungan berjangka; artinya terdapat jangka waktu yang diperjanjikan antara si penabung dan bank dimana kita sebagai penabung tidak diperbolehkan melakukan penarikan sebelum jangka waktu yang telah disepakati. Kelebihan produk ini adalah hasil investasi yang bersifat tetap frekuensinya tiap bulan. Jadi di produk ini kita akan mendapatkan bunga yang dibayarkan tiap bulan secara periodik sampai dengan jangka waktu tertentu yang disepakati misalnya pada saat usia anak 6 tahun, 12 tahun dan seterusnya. Bunga yang ditawarkan biasanya lebih tinggi daripada produk tabungan biasa, tanpa ada macam-macam biaya administrasi dan operasional seperti ATM karena memang produk ini bukan produk yang likuid seperti produk tabungan biasa. Kelemahan produk ini adalah bunga yang biasanya mengikuti bunga pasar. Artinya bila bunga di pasaran turun, bisa saja hasil yang diperoleh si nasabah turun. Jadi tidak ada kepastian dalam hal jumlah.

Produk Asuransi Pendidikan sebenarnya adalah produk asuransi jiwa namun dengan tambahan manfaat berupa hasil investasi yang jumlahnya telah ditentukan di awal. Produk ini biasa disebut dengan asuransi dwiguna atau endownment artinya disamping memberikan proteksi, produk ini juga memberikan tambahan manfaat berupa hasil investasi. Perbedaan dengan produk unit link adalah pada hasil investasinya. Pada produk dwiguna ini hasil investasi telah ditentukan di awal dimana kita sudah tahu sejak awal dengan pasti berapa yang akan kita peroleh kelak. Sedangkan pada produk unitlink,hasil investasi tidak bisa ditentukan di awal karena pertumbuhannya sangat tergantung bagaimana si manajer investasi mengolah dana yang kita investasikan.

Kelebihan produk ini seperti saya telah sebutkan di atas adalah kepastian dalam jumlah hasil. Biasanya sejak awal pihak asuransi sudah memberikan gambaran berupa jumlah dana yang bisa diambil atau hasil investasi yang bisa digunakan. Misalnya saat anak berusia 6 tahun akan mendapatkan Rp.5 juta, saat 12 tahun dapat 12 juta dan seterusnya. Namun tetap memiliki kelemahan. Produk ini tidak tanggap terhadap inflasi. Padahal kenaikan biaya penddidikan juga dipengaruhi oleh inflasi. Bila di produk tabungan pendidikan bunga bisa naik atau turun sesuai dengan keadaan pasar, maka di produk ini tidak. Hasil telah ditentukan di awal. Jadi bila kenaikan biaya pendidikan di atas hasil investasi kita, maka bisa terjadi pada saat dibutuhkan dana tersebut tidak lagi mencukupi.

2. Produk Berpenghasilan Bertumbuh
Produk investasi ini menawarkan hasil dari proses jual dan beli. Biasanya hasil berupa laba atau bagi hasil. Produk termasuk dalam jenis ini adalah emas, tanah, saham, reksadana, unit link dan sebagainya.
Produk ini memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari produk berpenghasilan tetap. Ini karena perkembangan hasil tergantung dari permintaan dan penawaran. Jadi bisa saja harga jual menjadi sangat tinggi karena banyaknya permintaan. Namun kelemahannya adalah bisa terjadi harga bukan naik tapi malah turun. Ini bisa terjadi karena penawaran lebih tinggi dari permintaan sehingga harganya turun. Namun beberapa produk investasi sejenis ini biasanya untuk jangka panjang akan mengalami kenaikan karena mengikuti inflasi atau kelangkaan . Misalnya emas,tanah, saham, reksadana dan sebagainya.

Kesimpulan
Untuk mempersiapkan biaya pendidikan, kita bisa menggunakan 2 jenis produk yaitu pendapatan tetap atau bertumbuh. Karena pendapatan tetap memberikan kepastian walaupun hasilnya tidak begitu besar, maka gunakan produk ini untuk tujuan biaya pendidikan jangka pendek. Sedangkan produk pertumbuhan, walaupun hasilnya tinggi tapi untuk jangka pendek sangat berisiko karena dimungkinkan terjadinya penurunan nilai investasi. Jadi gunakan ini untuk tujuan biaya pendidikan jangka panjang.
Salam.- Eko Endarto - Perencana Keuangan -

Bagaimana dengan anda? Sudahkah anda mempersiapkan dana pendidikan untuk anak anda? Apakah anda sudah memikirkan bagaimana memproteksi dana tabungan tersebut sehingga tidak terpakai untuk biaya darurat? Ingin penjelasan dan konsultasi lebih lanjut, hubungi paula.widiastuti@gmail.com

PILAH-PILIH REKSADANA

oleh: Ahmad Gozali
Dikutip dari Republika, 27 April 2008

Pertanyaan:
Assalamualaikum Wr Wb Mas Gozali,
Saya adalah karyawan swasta berusia 24 tahun. Penghasilan saya per bulan (take home pay) Rp 5,3 juta. Setelah membaca buku yang ditulis oleh Mas Gozali, muncul tekad dalam diri saya untuk mulai menata keuangan pribadi saya. Beberapa hari yang lalu ketika jalan-jalan di mal, saya mendapatkan tawaran untuk membeli reksadana. Menurut penjelasan mereka, ada yang likuid seperti reksadana pasar uang dan ada juga yang cocok untuk jangka panjang seperti reksadana campuran dan reksadana saham. Mohon petunjuknya Mas mana yang sebaiknya saya beli?
O ya, saat ini saya belum menikah dan saya gunakan 40 persen penghasilan saya untuk KPR dan kartu kredit. Sedangkan 25 persen untuk kebutuhan saya dan sisanya saya tabung yang sementara ini didepostio serta untuk modal usaha teman saya di mana saya dapat bagi hasilnya ekuivalen lima persen dari modal.
Atas penjelasan Mas Gozali, saya ucapkan terima kasih.
Eko Putranto, Tangerang

Jawaban:
Waalaikumussalam Wr Wb Mas Eko,
Terima kasih atas kiriman e-mail-nya, dan dengan senang hati saya akan memberikan kepada Anda sedikit gambaran, apa dan ke mana sebaiknya Anda melakukan investasi.
Pada dasarnya investasi adalah mengembangkan dana yang kita miliki yang tentunya dapat memberikan hasil investasi di atas inflasi atau kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok. Itulah mengapa kita harus berinvestasi yang tak lain bertujuan untuk mengejar nilai uang di masa depan yang akan terus naik nilainya.
Apabila Anda mau melakukan investasi, akan lebih baik bagi Anda untuk menetapkan tujuan investasi terlebih dahulu. Tujuan investasi ini yang akan dijadikan goal atau titik akhir yang ingin dicapai sehingga investasi yang Anda lakukan tidak keluar dari jalurnya. Apa sebenarnya tujuan investasi? Banyak sekali Mas, antara lain untuk pendidikan anak, persiapan pensiun, beli mobil bahkan hanya untuk mengoptimalkan dana saja. Nah, dari tujuan investasi tersebut, dilengkapi juga dengan berapa nilai yang akan dicapai. Misalkan tujuan keuangan Anda saat ini karena belum berkeluarga adalah ingin mengoptimalkan dana yang dimiliki saat ini yang pada lima tahun mendatang nilainya menjadi Rp 400 juta. Sekarang bagaimana caranya untuk mencapai nilai tersebut pada lima tahun yang akan datang?
Ada beberapa sarana investasi yang bisa dipergunakan, salah satunya seperti yang ditawarkan kepada Anda yaitu reksadana. Reksadana ini terdiri dari beberapa jenis, mulai dari yang berisiko rendah sampai tertinggi yaitu reksadana pasar uang, terproteksi, pendapatan tetap, campuran, indeks dan saham. Yang membedakan dari masing-masing reksadana tersebut adalah komposisi dari portofolio pembentuk reksadananya. Misalnya reksadana saham. Namanya juga saham, maka mayoritas isinya berupa saham-saham perusahaan yang terbaik dan sisanya berupa deposito atau obligasi. Untuk reksadana campuran, isinya dibagi antara saham dan juga obligasi. Begitu seterusnya disesuaikan dengan namanya saja.
Untuk reksadana yang memiliki risiko tinggi seperti saham dan indeks biasanya juga akan memberikan tingkat hasil investasi yang juga tinggi. Nilainya sih beragam antara 30-60 persen satu tahunnya. Dan ini cocok untuk investasi jangka panjang di atas lima tahun. Jika reksadana pasar uang dan pendapatan tetap cocok untuk investasi jangka pendek, dibawah tiga tahun. Reksdana campuran pantaslah untuk investasi antara 3-5 tahun.
Mana yang cocok untuk Anda? Kalau Anda saat ini belum ada tanggungan dan juga tujuan keuangan yang pasti, daripada uang terpakai ke hal yang kurang bermanfaat, Anda bisa pergunakan reksadana saham atau campuran sebagai sarana investasi. Pertanyaannya sekarang, apakah semua dana yang dimiliki diinvestasikan ke sana? Mmm ... nggak perlu semua deh Mas. Begini saja, karena Anda seorang karyawan maka buatlah dana cadangan yang besarnya kira-kira empat kali pengeluaran Anda sebulan. Lalu masukkan atau simpan dalam bentuk deposito. Gunanya adalah apabila terjadi hal-hal yang mendesak dan memerlukan uang cash segera, maka uang tersebut bisa Anda pergunakan. Sisanya, bisa Anda investasikan ke kedua jenis reksadana tersebut.
Besarannya 50:50 atau 60:40 atau 70:30 untuk reksadana saham:reksadana campuran. Dengan jangka waktu menengah panjang tersebut, apabila terjadi penurunan nilai di tengah tahun masih ada kesempatan untuk kembali naik mencapai hasil optimal dari investasi Anda tersebut.
O ya, saat ini juga sudah ada kok reksadana yang berbasis syariah. Jadi kalau Anda ingin hasil investasi yang bebas riba, instrumen keuangan ini bisa Anda gunakan.
Mas Eko, semoga penjelasan saya bermanfaat. Jika masih ada yang ingin ditanyakan jangan sungkan untuk menghubungi saya kembali.
Salam - Ahmad Gozali (Perencana Keuangan)

Bagaimana dengan anda? ingin berinvestasi ke reksadana namun masih bingung dan ingin bertanya? Layangkan pertanyaan ke paula.widiastuti@gmail.com

Wednesday 17 December 2008

Asuransi Mana Yang Terbaik?

Bingung memilih asuransi mana yang akan anda ambil? Pilihlah asuransi yang memiliki citra terbaik.

Berikut ini adalah daftar perusahaan dengan citra korporat yang sangat baik di Indonesia pada 2007. Reward ini dinamakan Indonesia's most admire company (IMAC 2007).

Berikut ini daftarnya:

HM Sampoerna - Rokok
PT Shell Indonesia - Minyak dan Gas
Indofood - Food and Beverages
Unilever Indonesia - Toiletries
Tjiwi Kimia - Kertas
Mustika Ratu - Kosmetik
Panasonic - Electronik
Carrefour - Ritel
Sogo - Dept Store
Tempo Group - Distributor
Farmasi - Bayer Indonesia
Astra Honda Motor - Otomotif Roda Dua
Toyota Astra Motor - Otomotif Roda Empat
Golden Bird - Rental Kendaraan
Garuda Indonesia - Penerbangan
DHL - Jasa Kurir
United Tractors - Peralatan Berat
BCA - Bank Nasional
Citibank - Bank International
ACC - Lembaga Pembiayaan
Prudential Life Assurance - Asuransi Jiwa
AAB - Asuransi Kendaraan
Ciputra - Pengembang
Telkom - Telekomunikasi
Freeport - Pertambangan
Indocement - Semen
Olympic - Furnitur
Toto - Keramik
CNI - MLM
Astra Argo Lestari - Agroindustri
Astra Otoparts - Komponen
Tupperware - Direct Selling

Asuransi Bagus atau Tidak

oleh: Ahmad Gozali, pernah dimuat di Wanita Indonesia No 958, 2008

Tanya:
Mas Gozali, saya seorang ibu rumah tangga. Saya ingin sekali memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya, karena itu saya ikut asuransi prudential, tapi suami saya tidak percaya. Yang ingin saya tanyakan, asuransi ini bagus atau tidak, dan apakah ini termasuk jenis investasi atau bukan?

Jawaban:
Apa yang Anda lakukan sebetulnya sudah bagus, dimana Anda memiliki kepedulian terhadap kepastian dana pendidikan anak-anak Anda. Dan Anda wujudkan hal itu dengan cara ikut program asuransi.

Sayang sekali Anda tidak menjelaskan seperti apa asuransi yang sudah Anda ambil. Karena bagus atau tidaknya program asuransi tentu harus dilihat terlebih dahulu perlindungan apa saja yang diberikan, seberapa besar uang pertanggungannya, dan berapa asumsi manfaat yang akan diterima kelak. Jangan asal punya asuransi aja, tapi perlu diperhatikan apakah asuransinya sudah tepat atau belum. Saya tidak tahu persis seperti apa asuransi yang Anda ambil, tapi sepertinya ini adalah asuransi dengan investasi sehingga bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan dana pendidikan anak atau lainnya.

Coba cek kembali dalam polis siapa nama tertanggung-nya, pastikan bahwa nama tertanggung adalah pencari nafkah dalam keluarga. Jika Anda tidak bekerja, maka namanya haruslah nama suami Anda. Jika Anda berdua sama-sama bekerja, maka keduanya sebetulnya perlu asuransi untuk berjaga-jaga. Kalau belum tepat, Anda bisa segera merubah nama dalam polis tersebut.

Lihat juga berapa uang pertanggungan yang diberikan jika terjadi musibah, dan musibah apa saja yang ditanggung. Untuk musibah kematian, pastikan jumlahnya adalah sekitar 100 kali sampai dengan 200 kali lipat dari nafkah keluarga yang ditinggalkan. Kalau masih kurang, Anda bisa tambah dengan asuransi jiwa murni.
Untuk meyakinkan suami Anda, mungkin perlu lebih jelas alasan kenapa ia tidak percaya. Apakah ia tidak percaya bahwa asuransi bisa memberikan proteksi finansial jika terjadi musibah, atau tidak percaya dengan hasil investasi dari asuransi? Seringkali sikap negative ini karena pengalaman sebelumnya dimana ia pernah melihat asuransi yang tidak memproteksi suatu musibah atau hasil investasi yang kurang memuaskan. Untuk itu, pastikan bahwa Anda mengikuti semua ketentuan yang ditetapkan dalam polis agar asuransi Anda betul-betul efektif dan tidak gagal.

Salam. (Ahmad Gozali - Perencana Keuangan)

Anda punya pertanyaan tentang asuransi? atau punya pengalaman negatif tentang asuransi?

Tuesday 16 December 2008

Emas, Tabungan atau Asuransi

oleh: Ahmad Gozali, dari Perencana Keuangan
Pernah dimuat di Majalah Ummi, Juni 2008

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum,
Pak Gozali, saya seorang ibu rumah tangga dengan dua putra yang keduanya masih belum bersekolah (usia 3,5 dan 2 tahun). Suami saya bekerja sebagai seorang pegawai negeri sehingga kami punya penghasilan tetap bulanan. Di majalah ini memang pernah sekilas diulas tentang beberapa pilihan investasi. Namun rasanya itu belum menjawab persoalan saya. Begini, Pak, misalkan setiap bulan kami bisa berdisiplin untuk menyisihkan uang sebesar Rp 350.000,- (setelah memenuhi kebutuhan bulanan dan beberapa cicilan), apa yang sebaiknya kami lakukan dengan uang itu? Apakah kami tahan dulu sampai jumlah tertentu kemudian kami belikan emas atau perhiasan? Apakah kami buka rekening tabungan saja dan menampung uang itu di sana setiap bulan? Atau, apakah kami ikut asuransi jiwa unit link yang memberikan benefit menarik, seperti yang ditawarkan agennya beberapa waktu lalu kepada saya? Atau, adakah pilihan lain yang lebih baik, mengingat kami juga perlu memikirkan biaya sekolah anak-anak kelak. Mohon saran dan pandangan Pak Gozali. Terima kasih.

Jawaban
Wassalamu’alaikum
Ibu N, Depok
Alhamdulillah, Ibu N sepertinya Anda memiliki keluarga yang lengkap. Suami istri yang bahagia dengan 2 orang anak. Sebagai orangtua, tentunya Anda berdua hanya ingin yang terbaik untuk kedua anak Anda. Terutama pendidikannya di masa depan kelak. Saya rasa itulah tujuan keuangan Anda yang paling utama pada saat ini.
Sebelum memutuskan ke mana Anda akan berinvestasi, kita perlu rumuskan dulu apa tujuan keuangan Anda di masa depan. Karena dengan menentukan tujuan keuangan, kita bisa perkirakan jangka waktu investasinya, dan memilih produk yang paling tepat sesuai dengan jangka waktunya.
Karena anak-anak Anda masih berusia belia, maka saya asumsikan Anda baru akan menggunakan dana tersebut dalam waktu beberapa tahun lagi. Jika dipakai untuk biaya masuk SD, SMP, dan seterusnya, maka dana ini baru akan dipakai 3 tahun lagi. Jika hanya untuk biaya kuliah saja yang relatif mahal, maka dana ini baru akan dipakai dalam waktu lebih dari 10 tahun. Mari kita sebut saja ini sebagai investasi jangka panjang.
Karena dananya akan diinvestasikan, dan tidak banyak diganggu dalam waktu yang panjang. Maka saya tidak rekomendasikan Anda untuk menyimpannya di rekening tabungan saja. Sayang sekali bukan kalau hanya disimpan di tabungan dan mendapatkan hasil dibawah 5%, padahal inflasi saja sudah 7%-8%? Artinya, uang Anda malah berkurang nilainya, bukannya bertambah.
Namun bukan berarti Anda tidak perlu sama sekali rekening tabungan lho. Kalau sekarang belum punya, maka Anda harus membuka rekening tabungan dan menempatkan dana surplus bulanan tersebut seketika setelah gajian, bukan di akhir bulan menunggu sisa. Setiap bulan masukkan dananya ke rekening tabungan sampai saldonya kira-kira berjumlah 3 kali lipat dari pengeluaran rutin bulanan Anda. Karena suami seorang PNS, maka dana cadangan untuk 3 bulan sudah cukup memadai.
Jika saldonya melebihi 3 kali biaya bulanan, barulah kelebihannya tersebut diinvestasikan. Sehingga kalau Anda ada keperluan mendadak atau darurat, bisa mengambil cadangan dalam tabungan. Dan investasi Anda pun tetap utuh tidak terganggu.
Lalu ke mana sebaiknya menginvestasikan uang? Emas bisa jadi pilihan yang cukup menarik mengingat harganya yang terus mengalami kenaikan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Tapi saya tidak rekomendasikan perhiasan emas, karena perhiasan cenderung berkurang nilainya dikurangi dengan ongkos pembuatan, penyusutan dan sebagainya. Belum lagi harganya yang bisa “dimainkan” oleh pedagang emas jika tidak dijual di tempat yang sama ketika membeli.
Kalau Anda ingin investasi dalam bentuk emas, coba pilih emas murni 24 Karat. Atau yang biasa disebut sebagai logam mulia. Emas ini tersedia dalam bentuk batangan kecil-kecil yang bisa “dicicil” pembeliannya. Mulai dari 1 gram, 2 gram, 5 gram, 10 gram, dan seterusnya. Kalau jumlahnya belum terlalu banyak, Anda masih bisa menyimpannya di rumah. Tapi kalau sudah cukup banyak, Anda perlu menyimpannya di safe deposit box yang disewakan oleh bank. Emas ini cocok untuk disimpan dalam jangka waktu menengah (3 tahun) atau jangka waktu panjang (lebih dari 10 tahun).
Alternatif kedua, asuransi unit link juga pilihan yang baik. Apalagi kalau suami Anda belum memiliki asuransi sama sekali, mengingat asuransi dari pemerintah sebagai PNS biasanya kurang memadai. Tapi ingat, pastikan nama tertanggungnya adalah nama suami Anda sebagai pencari nafkah, bukan nama Anda.
Asuransi unit link ini cocok untuk jangka panjang lebih dari 5 tahun. Sedangkan untuk jangka waktu 3 tahun ketika anak Anda masuk SD sepertinya kurang bagus. Karena biasanya unit link membebankan biaya dan potongan pada 2-3 tahun pertama. Sehingga bisa dikatakan Anda baru bisa menikmati hasilnya setelah tahun ke tiga.
Selamat berinvestasi!
Salam.
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan

Bagaimana dengan anda, apakah anda masih memprioritaskan ke tabungan saja?